Februari 1933, sekelompok matros membajak kapalnya
sendiri. Zeven Provincien, nama kapal perang milik Angkatan Laut Hindia Belanda
itu berada di bawah kendali para kelasinya, sebagai wujud solidaritas sebagai
sesama kelasi pribumi yang diperlakukan semena-mena oleh penguasa kolonial.